Askep Apendisitis

 Apendisitis

A.    Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian
a.       Apendisitis merupakan penyakit bedah minor yang paling sering terjadi. Walaupun apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering pada orang dewasa muda. Sebelum era antibiotik, mortalitas penyakit ini tinggi (Price A. Sylvia, 1994).
b.      Apendisitis akut adalah peradangan yang menyebar ke permukaan peritoneum parietal yang sakitnya menetap, lebih hebat dan bertambah berat bila bergerak.(C. Long Barbara, 1996)
c.       Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner dan Suddarth, 2001).
2.      Anatomi Dan Fisiologi
Appendiks merupakan organ yang kecil dan vestigial (organ yang tidak berfungsi) yang melekat sepertiga jari.
a.       Letak appendiks.
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.
b.      Ukuran dan isi appendiks.
1.)    Panjang appendiks rata-rata 6 – 9 cm.
2.)    Lebar 0,3 – 0,7 cm.
3.)    Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.

Gambar 1. Daerah apendiks pada titik Mc. Burney

c.       Posisi appendiks.
1.)    Laterosekal: di lateral kolon asendens.
2.)    Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen.
3.)    Pelvis minor.
d.      Macam-macam apendisitis.
1.)    Apendisitis akut, dibagi atas:
a.)    Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b.)    Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2.)    Apendisitis kronis, dibagi atas:
a.)    Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b.)    Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
2.      Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor predisposisi yaitu:
a.       Menurut kapita selekta kedokteran bahwa faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi oleh karena :
1.)    Hiperplasia dari folikel limpoid, ini merupakan penyebab yang terbanyak.
2.)    Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
3.)    Adanya benda asing yang keras seperti biji-bijian.
4.)    Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b.      Infeksi kuman dari kolon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptokokus.
c.       Faktor sex
Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dan dewasa). Ini disebabklan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
d.      Tergantung pada bentuk appendiks.
1.)    Appendiks yang terlalu panjang.
2.)    Messo appendiks yang pendek.
3.)    Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen apendiks.
4.)    Kelainan katup di pangkal apendiks.
3.      Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

4.      Manifestasi Klinik
a.       Keluhan utama pada apendisitis adalah rasa sakit. Rasa sakit di perut yang berlangsung lebih dari 6 jam harus dipertimbangkan dengan seksama. Rasa sakit ini disebabkan oleh karena penyumbatan appendiks dan sifatnya sama dengan rasa sakit yang disebabkan oleh obstruksi usus. Pada mulanya rasa sakit hilang timbul seperti kolik, oleh karena persarafan dari appendiks dan usus halus sama. Penderita merasa kalau flatus atau buang air besar akan mengurangi rasa sakit.
Manifestasi dari nyeri:
1.)    Permulaan rasa sakit terasa di epigastrium atau sekitar umbilicus.
2.)    Timbul rasa nyeri lokal pada daerah Mc. Burney. Peradangan ini akan menembus sampai ke serosa dan peradangan serosa akan menjalar ke peritoneum parietale setempat.
3.)    Setiap gerakan akan menimbulkan nyeri, rasa sakit hebat dan nyeri berubah menjadi tajam dan terus menerus.
4.)    Bila terjadi perforasi rasa sakit sekonyong-konyong hilang, tapi hanya sebentar saja kemudian disusul oleh rasa sakit yang hebat pada seluruh perut karena terjadi peritonitis.
b.      Anoreksia hampir selalu terjadi.
c.       Muntah merupakan hal yang karakteristik, muntah ini terjadi setelah rasa sakit.
d.      Biasanya konstipasi.
e.       Sering terjadi diare terutama pada anak-anak dan terutama pada klien yang appendiksnya terletak pada dekat rectum.
5.      Diagnostik test
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a.       Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah:
1.)    Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
2.)    Muntah oleh karena nyeri viseral.
3.)    Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
4.)    Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
b.      Pemeriksaan yang lain
1.)          Lokalisasi.   
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
2.)          Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
c.       Pemeriksaan laboratorium
1.)    Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi.
2.)    Hb (hemoglobin) nampak normal.
3.)    Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
4.)    Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal
d.      Pemeriksaan radiology.
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut:
1.)          Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.
2.)          Kadang ada fecolit (sumbatan).
3.)          Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
6.      Diagnosis Banding
Kemungkinan kesalahan ke arah overdiagnosis, lebih baik dari kelambatan diagnosis yang sering disertai perforasi dan peningkatan morbiditas/mortalitas. Akan tetapi pada kasus – kasus meragukan, observasi selama 4 – 6 jam sering lebih menguntungkan daripada membahayakan.
a.       Gastroenteritis dan limfadenitis mesenterika.
b.      Penyakit ginekologik seperti salpingitis akut, pecahnya folikel de graff, kehamilan ektopik dan torsi kista ovarium
c.       Penyakit traktus urinarius seperti kolik ureter khas menyebar kearah inguinal tanpa disertai kejang otot, nyeri perut, ditemukan pula hematuria. pielonefritis akut merupakan diagnosis banding yang sulit terutama gadis.
d.      Kelainan abdomen lainnya seperti perforasi ulkus peptik, pankreatutus akut, divertikulum meckel, obstruksi usus dan perforasi karsinoma kolon. Selain itu juga penyakit chron pada apendisitis sukar dibedakan dari apendisitis biasa.
7.      Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses.
Insiden perforasi adalah 10 % sampai 32 % insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70 C atau lebih tinggi.
Penampilan toksis dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
8.      Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

A.    Asuhan Keperawatan Post Operasi Appendektomi.

Langkah asuhan keperawatannya sebagai berikut :
1.            Pengkajian data post operatif
Data yang mungkin penulis dapatkan pada klien apendisitis    meliputi :
a.       Identitas klien
Nama, suku/bangsa, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor registerasi.
b.      Riwayat kesehatan
1.)    Riwayat keluhan utama :
Klien : biasanya ada rasa mual, muntah, nadi cepat, nyeri pada daerah yang dioperasi.
2.)    Timbulnya keluhan :
Seperempat jam setelah selesai dioperasi.
3.)    Sifat keluhan :
Sejak mulai sadar klien merasa nyeri yang menetap pada daerah yang dioperasi.
4.)    Keluhan lain yang menyertai :
Klien merasa mual, muntah, dan sakit kepala/pusing.
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
Sakit perut bagian kanan bawah.
d.      Pemeriksaan fisik
1.)    Keadaan umum        :  Klien nampak sakit sedang.
2.)    Sirkulasi                    :  Mungkin menunjukkan pernapasan bradicardi.
3.)    Respirasi                   :  Mungkin klien nampak tachipnea karena ada rasa mual dan muntah.
4.)    Abdomen                  :  Mungkin distensi abdomen dari nyeri tekan pada daerah insisi.
5.)    Ekstreimtas               :  Mungkin ada cyanosis.
e.       Pola kehidupan sehari-hari
1.)    Nutrisi                      :  Ada rasa mual dan muntah, klien belum bisa makan, mungkin turgor kulit jelek.
2.)    Eliminasi
-     BAB                   :  Klien belum bab, mungkin belum flatus.
-     BAK                  :  Mungkin ada gangguan pola bak
3.)    Hygiene                    :  Daerah insisi operasi nampak tertutup rapat (luka masih steril).
4.)    Kenyamanan            :  Klien nampak meringis.

f.       Data psikologis
Klien nampak gelisah.
Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah :
1.)    Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi bedah.
2.)    Resiko menurunnya volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, dan puasa.
3.)    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan.
4.)    Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
2.      Perencanaan
a.       Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi bedah ditandai dengan :
-          Adanya luka operasi.
-          Terpasang kateter.
-          Terpasang infus.
Tujuan          :  Klien akan terhidar dari infeksi dengan kriteria : tidak nampak adanya tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1.)    Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :
Sebagai indikator dalam mengetahui tanda-tanda infeksi dan memudahkan dalam memberikan tindakan.
2.)    Berikan tindakan aseptik dan antiseptik.
Rasional :
Dapat terhindar dari mikroorganisme penyebab infeksi.


3.)    Perhatikan self care klien serta lingkungannya.
Rasional :
Mencegah timbulnya mikroorganisme.
4.)    Ganti balutan tiap hari secara aseptic.
Rasional :
Tidak memberikan kesempatan untuk berkembang biaknya mikroorganisme.
5.)    Kolaborasi medis untuk pemberian antibiotika.
Rasional :
Golongan obat antibiotika dapat membunuh mikroorganisme penyebab infeksi.
b.      Resiko menurunnya volume cairan berhubunan dengan mual, muntah, dan puasa, ditandai dengan :
-          Bibir kering.
-          Mulut pecah-pecah.
-          Tekanan darah menurun.
-          Nadi cepat.
-          Mual dan muntah.
-          Keringat dingin.
-          Rasa haus.
Tujuan       :  Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan kriteria :
-          Tekanan darah normal.
-          Bibir tidak kering.
-          Nadi normal.
-          Klien tidak mengeluh haus.
-          Intake dan out put seimbang.
Intervensi :
1.)    Catat intake dan out put.
Rasional :
Untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh yang dibutuhkan untuk metabolisme perhari.
2.)    Monitor turgor kulit.
Rasional :
Untuk mengetahui cairan interstitial kurang/hilang dapat menyebabkan hilangnya elastisitas kulit.
3.)    Observasi temperatur dan membran mukosa.
Rasional :
Membran mukosa yang kering merupakan indikator dari dehidrasi.
4.)    Monitoring pengeluaran urine.
Rasional :
Berkurangnya jumlah urine sebagai indikator berkurangnya cairan di dalam tubuh.
c.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan, ditandai dengan :
-          Klien mengeluh nyeri pada titik Mc. Burney.
-          Ekspresi wajah meringis.
-          Ada luka insisi.
Tujuan       :  Klien akan merasa nyeri berkurang, dengan kriteria :
-          Klien tidak mengeluh nyeri.
-          Ekspresi wajah ceria.
-          Luka insisi cepat sembuh
Intervensi :
1.)    Kaji tingkat nyeri.
Rasional :
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indikator secara dini untuk memberikan tindakan selanjutnya.
2.)    Ajarkan tehnik relaksasi.
Rasional :
Dengan tehnik relaksasi suplay O2 lebih adekuat sehingga tidak terjadi metabolisme anaerob.
3.)    Lakukan tehnik gate control.
Rasional :
Dengan tehnik gate control dapat menghambat nyeri, sehingga nyeri tidak dipersepsikan.
4.)    Kolaborasi medis untuk pemberian analgetika.
Rasional :
Golongan obat analgetika dapat menghambat nyeri sehingga tidak sampai ke otak, dan nyeri tidak dipersepsikan.
d.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, ditandai dengan :
-          Klien merasa takut.
-          Klien merasa cemas.
Tujuan       :  Klien akan memahami/mengetahui tentang proses penyakitnya, dengan kriteria :
-          Klien tidak merasa takut dan cemas.
Intervensi :
1.)    Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional :
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat kecemasan yang dialami klien, dan memudahkan dalam memberikan intervensi selanjutnya.
2.)    Berikan penjelasan klien dan keluarga tentang proses penyakitnya.
Rasional :
Agar klien dan keluarga mengerti tentang proses penyakitnya sehingga cemas berkurang.
3.)    Berikan support kepada klien dan keluarga.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dalam menjalani proses pengobatan.
3.        Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.
Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi, sebagaimana perawat melaksanakan fungsinya sebagai independen, interdependen, dan dependen.
4.        Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan  sebagai  berikut :
1.)    Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan tubuh?.
2.)    Apakah rasa nyeri teratasi?.
3.)    Apakah klien terhindar dari bahaya infeksi?.
Apakah klien mengerti tentang pr

0 komentar:

Post a Comment