Askep Sirosis Hepatitis


Sirosis Hepatitis
A.    Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian
Sirosis hati / hepatitis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.(www.google.com)

2.      Anatomi dan fisiologi
a.       Defenisi
Hati adalah organ terbesar yang terdapat dalam tubuh manusia yang konsistennya padat, berwarna merah-coklat yang beratnya 1.200-1.500 atau 2,5 % pada BB dewasa total yang terletak pada regio hypocondrium dextra berbatasan dengan diafragma dan dilindungi oleh kosta di sebelah kanan pada bagian bawah hati terdapat lambung, pancreas dan usus (Lorraine. M. Wilson; Lula B. Laster)

b.      Struktur
Hati terbagi 2 bgn besar, yaitu : Lobus kanan dan Lobus Kiri. Segmen lobus dextra yang lebih kecil atau lobus quadrates pada permukaan inferiornya dan lobus caudans pada permukaan posterior. Lobus kanan dan kiri dipisahkan di anterior oleh lipatan peritorium yang dinamai ligamentum falciforme di inferior oleh fissure untuk ligamentum venosum.

c.       Peredaran darah Hati
Pada hati mendapat suplay darah dari dua system pembuluh darah, yaitu dari vena posta dan arteri hepatica. Vena porta membawa darah vena dari usus, limpa dan pancreas, melalui vena mesentrika superior dan inferior vena linealis serta vena epigastrika. Sedangkan pada arteri hepatica bermuara ke dalam sinosid dan di dalam sinosid akan bertemu antara darah dari vena porta dengan arteri hepatica kemudian darah akan masuk ke dalam sel-sel hati yang dialirkan oleh vena. Pembuluh-pembuluh darah ini masuk kedalam hati melalui celah yang terletak pada bagian belakang permukaan inferior lobus kanan biasa disebut porta hepatis. Volume total darah yang melewati hati 1.200-1.500 ml/mnt.

d.      Fungsi Hati
Fungsi hati di bagi atas 4 macam :
1.      Fungsi faskuler
Pada peredaran hati, setiap menitnya darah mengalir 1.200-1.500 cc darah porta ke dalam hati melalui sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis kemudian menuju ke vena hepatica untuk selanjutnya masuk ke vena kava inferior. Pada orang dewasa jumlah darah yang diterima setiap menitnya 1500 cc, dimana hati yang paling banyak mendapatkan aliran darah dari seluruh organ tubuh sebagai salah satu system organ tubuh yang terbesar dan memilki fungsi yang sangat besar.

2.      Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin juga memproduksi tenaga dan energi dari semua hasil metabolism tersebut, ini akan di bawah oleh vena porta setelah di absorbsi oleh usus. Dari usus halus diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati (glikogenesis), dari glikogen ini glikosa masuk ke dalam darah (glokogenolisis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh kemudian sebagian di metabolism dalam jaringan untuk menghasilkan energy dan tenaga dan sisanya diubah menjadi, glikogen yang disimpan dalam otot.

3.      Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu merupakan fungsi utama hati, kadang empedu menyimpan dan megeluarkan empedu ke dalam usus sesuai yang di butuhkan. Hati mengekskresi ± 1 liter empedu tiap harinya. Empedu mengandung bilirubin dan garam-garam empedu yaitu natrium glikosat, yang berfungsi untuk menurunkan ketegangan permukaan butir-butir lemak dan mengemulsikannya. Lemak yang berbentuk emulsi ini selanjutnya akan dihidrolisis oleh enzim lipase pancreas dan lipase usus. Dan secara fisiologi empedu sebagai indicator penyakit hati karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.

4.      Fungsi Pertahanan Tubuh
Fungsi pertahanan tubuh hati terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan
-          Fungsi Detoksifikasi
Fungsi ini sangat penting yang dilakukan oleh enzim-enzim hati yang melakuakn oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya secara sisiologis tidak aktif.
-          Fungsi Perlindungan
Yang terdapat pada dinding sinusoid hati sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai system endotelid, yang berkemampuan mempagositosis yang sangat besar sehingga dapat membersihkan sampai 99% kuman yang ada dalam vena porta darah menyebar melewati seluruh sinusoid. Sel kupffer juga menghasilkan imunoglobin yang merupakan alat penting dalam penyelenggaraan kekebalan humoral.
     
3.      Etiologi
 Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1.      Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2.      Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3.      Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.

4.      Patofisiologi
a.       Sirosis Pasca Nekrotik (Hepatitis dari Virus tipe B dan C)
Infeksi hepatitis virus tipe B dan C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus ati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodu sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel reikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat meghubungkan daerah porta dan sentra.

b.      Sirosis Portal Laennec (alkoholik, nutrisional)
Akibat alkohol yang berlebihan terjadi proses akumulasi lemak di dalam sel-sel hati menimbulkan efek toksik dalam hati dan meningkat pada saat malnutrisi, yaitu kekurangan zat-zat seperti histamin, asam folat, piridoksin, niasin, asam askorbat dan vitamin A. Secara makroskopis, hati membesar, rapuh tampak berlemak, lama kelamaan menimbulkan jaringan parut oleh karena nekrosis hepatoseluer, se-sel balon, dan infiltrasi leukosit polimofonuklear di hati. Pada kasus sirosis laennec sangat lanjut, lembaran-lembaran jaringan ikat yang tebal terbantuk pada tepian lobulus, membagi parenkim menjadi nodul-nodul halus, nodul-nodul ini dapat membesar akibat regenerasi, sebagai upaya hati untuk mengganti sel-sel rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang degenerasi dan regenerasi yang dikemas pada dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini hati akan menciut, keras, dan hampir tidak memiliki parenkim yang normal, dan pada stadium akhir sirosis menyebabkanhipertensi portal dan gagal hati.

c.       Sirosis Billier (Obstruksi Billiaris Pascahepatik)
Kerusakan sel hati yang dimulai sekitar duktus biliaris akan menimbulkan pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Penyebabnya oleh karena obstruksi biliaris pascahepatik. Terjadi stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Hati akan membesar keras, bergranula halus. Ikterus merupakan bagian awal dari dan utama dari sindrom ini.

5.      Pemeriksaan Diagnostik
a)      Bilirubin serum
b)      SGOT, SGPT, LDH
c)      Alkalin fosfatase
d)     Albumin serum
e)      Globulin (IgA dan IgG)
f)       Darah lengkap
g)      Amonia serum
h)      Pemeriksaan nutrien
     
6.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan Medik
1)      Pencegahan Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan kemampuan hati untuk mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan darah.
2)      Tindakan Penjagaan
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat tidur, menekan setiap lokasi persuntiakn dan menghinadari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus memahami kemungkinan melena dan memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak feses yang dapat membantu pasien. Pasien harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi pendarahan gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda vital, cairan intravena dan obat-obatan.
3)      Jika terjadi Hemoragi
Perawat membantu dokter dengan melakukan tindakan untuk menghentikan pendarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan. Hemoragi masih akibat pendarahan dari varises esophagus atau lambung di pindahkan di unit intensif. Penderita sirosis memerlukan penjelasan tentang kejadian yang telah dialami.
4)      Ensefalopati hepatic
Merupakan komplikasi neurology yang mungkin terjadi dan mencakup kemunduran status mental serta dimensi di samping adanya tanda-tanda fisik seperti gerakan volunteer dan involunteer yang abnormal. Yang disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan ditimbulkan pada metabolisme otak.
5)      Terapi
Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak dapat diserap untuk melakukan kadar anomia.

b.      Penatalaksanaan Keperawatan
-          Pemantauan
            Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran diri pada status mental. Karena gangguan elektrolit dapat timbul ensefalomati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat jika abnormal. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
            Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan di rumah oleh perawatan melalui intruksi diet. Instruksi yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari diet.
            Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien tentang perlunya kepatuhan secara total pada rencana terapinya. Yang mencakup istirahat, kemungkinan perubahan gaya hidup, diet yang memadai dan pantang alkohol.

7.      Komplikasi
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif maka gambaran klinis, prognosis dan pengobatan tergantung pada dua kelompok besar komplikasi :
1.      Kegagalan hati (hepatoselular)
Kegagalan hati, timbul spider nevi, eritema Palmaris, atrofi testis, ginekosmastia, ikterus ensefalopati.
2.      Hipertensi
Hipertensi portal dapat pembuluh vena splenomegali, pemekaran pembuluh vena esophagus/cardia, caput meduase, hemoroid, vena kolateral dinding perut
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi lain berupa :
1.      Asites
2.      Ensefalopati
3.      Peritonitis bacterial spontan
4.      Sindrom hepatorenai
5.      Transformasi kearah kanker hati primer hepatoma.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
DS : - Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang
DO            : - Riwayat penyakit empedu
b.      Pola nutrisi metabolik
DS : Anoreksia, mual, muntah
DO            : Penurunan BB/ peningkatan cairan
c.       Pola aktivitas dan latihan
DS : Lemah, lelah
DO            : Letargi
d.      Pola persepsi dan konsep diri
DS : Penurunan mental
DO            : Bingung, perubahan mental
e.       Pola eliminasi
DS : Flatus
DO            : Distensi abdomen, penurunan bising usus, urine gelap
f.       Pola tidur dan istirahat
DS : Ketakutan
DO            : Gelisah
g.      Pola persepsi kognitif
DS : Sakit abdomen, nyeri
DO            : Takikardia

2.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada semua data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :
·         Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, kemunduran keadaan umum, pelisutan otot dan gangguan rasa nyaman
·         Hipertermi b/d proses inflamasi pada sirosis
·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan gangguan gastrointestinal
·         Kelebihan volume cairan b/d edema, asites
·         Gangguan integritas kulit b/d gangguan status imunologi, edema dan nutrisi yang buruk
·         Resiko tinggi cedera (perdarahan) b/d gangguan faktor pembekuan darah

3.      Intervensi
a.       Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, kemunduran keadaan umum, pelisutan otot dan gangguan rasa nyaman.
1.      Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP)
R/:memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
2.      Berikan suplemen vitamin (A, B, komp. , C dan K)
R/:memberi nutrien tambahan
3.      Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat
R/:menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.
4.      Motivasi dan pantau pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap.
R/:memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri
5.      Ubah posisi dengan sering.
R/:meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.

b.      Hypertermi b/d proses inflamasi pada sirosis
1.      Catat suhu tubuh secara teratur
R/ :memberikan dasar untuk deteksi hati dan evaluasi intervensi
2.      Motivasi asupan cairan
R/:memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
3.      Lakukan kompres dingin / kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh
R/:menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
4.      Berikan antibiotik seperti yang diresepkan
R/:meningkatkan konsentrasi antibiotic serum yang tepat untuk mengatasi infeksi.
5.      Hindari kontak dengan infeksi
R/ :meminimalkan resiko peningkatan infeksi, suhu tubuh serta laju metabolik.
6.      Jaga agar pasiennya dapat beristirahat sementara suhu tubuhnya tinggi
R/:mengurangi laju metabolik.

c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
1.      Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
R/:Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/defisiensi.
2.      Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan
R/ : motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
3.      Beri makan dalam porsi sedikit tapi sering.
R/  : makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia  
4.      Pelihara hygiene oral sebelum makan
R/    :   mengurang cita rasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.
5.      Beri makanan hangat
R/    :   dapat meningkatkan asupan dan selera makan
6.      Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah diare atau konstipasi
R/    :   mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut.

d.      Kelebihan volume cairan b/d edema,asites
1.      Ukur masukan dan haluaran.
R/:menunjukkan status volume sirkulasi
2.      Kaji derajat perifer/edema dependen
R/:Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat reensi natrium dan air.
3.      Ukur lingkar abdomen
R/:menunjukkan akumulasi cairan(asites)
4.      Dorong untuk tirah baring bila ada acites
R/:Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis
5.      Observasi tekanan darah
R/:Peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan volume cairan

e.       Kerusakan integritas kulit b/d gangguan status imunologi, edema dan nutrisi yang buruk,asites
1.      Tinggikan ekstremitas bawah
R/:meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan edema pada ekstremitas.
2.      Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit
R/  :   jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
3.      Balik dan ubah posisi pasien dengan sering.
R/   :   meminimalkan tekanan yang lama.
4.      Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan
R/:kelembaban meningkatkan kerusakan integritas kulit
5.      Gunting kuku jari hingga pendek, berikan sarung tangan bila diindikasikan
R/:mencegah dari cedera

f.       Resiko tinggi cedera (perdarahan) b/d gangguan faktor pembekuan darah
1.      Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-gejala perdarahan GI
R/:Traktus GI (esofagus dan retum) sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak
2.      Catat perubahan mental/tingkat kesadaran
R/:Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipovolemia, hipoksemia
3.      Hindari pengukuran suhu rectal
R/:Rectal mudah robek
4.      Gunakan jarum kecil untuk injeksi
R/:meminimalkan kerusakan jaringan
5.      Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan
R/:indikator anemia

6.      Rencana Pulang (Discharge Planning)
1)      Hindari minuman beralkohol
2)      Berikan penyuluhan pada pasien untuk membatasi aktivitas
3)      Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang terapi yang diberikan, dosis serta efek samping
4)      Tekankan pada pasien untuk control sesuai dengan waktu yang ditentukan.




             

  
     

0 komentar:

Post a Comment